Kabarikaltara.com. TARAKAN – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut mendukung ketahanan pangan pada Program Asta Cita dengan memberikan informasi perkembangan La Nina di Indonesia. Apakah La Nina itu? La Nina adalah salah satu fenomena iklim global yang memengaruhi pola cuaca di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Di awal 2025, kita akan menghadapi fenomena La Nina lemah. Sektor-sektor terkait dapat memanfaatkan peningkatan curah hujan akibat La Nina untuk mendukung program ketahanan pangan, air, dan energi yang menjadi prioritas Presiden Prabowo.
Dampak La Nina ini juga bermanfaat dalam meningkatkan kapasitas tampungan air di bendungan dan waduk, yang akan mendukung operasional pembangkit listrik tenaga air sehingga menjamin pasokan energi listrik.
Peningkatan kapasitas air ini tidak hanya mendukung sektor energi, tetapi juga membantu memastikan ketersediaan air selama musim kemarau. Selain itu, optimalisasi drainase dan tampungan air harus disiapkan guna menghadapi musim kemarau berikutnya.
BMKG berperan strategis dalam mendukung swasembada pangan, air, dan energi melalui penyediaan informasi cuaca, iklim, dan potensi bencana yang akurat.
BMKG telah menyediakan berbagai layanan iklim yang dapat membantu petani dalam merencanakan musim tanam. Prediksi curah hujan 10 harian, bulanan hingga enam bulan ke depan memungkinkan petani mengatur pola tanam sesuai dengan kondisi iklim yang terus berubah.
Untuk sektor energi, khususnya energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin, BMKG menyediakan data radiasi matahari dan kecepatan angin guna mendukung optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan. Dengan informasi tersebut, Indonesia dapat meningkatkan ketahanan pangan, menjaga ketersediaan air, dan memaksimalkan potensi energi terbarukan secara berkelanjutan.
Dengan langkah-langkah antisipatif ini, BMKG optimis bahwa dampak La Nina di awal 2025 dapat manfaatkan untuk memperkuat ketahanan pangan, air, dan energi, sejalan dengan target Asta Cita. (**)